PENDEKATAN TERKINI DALAM DIAGNOSIS DAN TATA LAKSANA NEUROSIFILIS
DOI:
https://doi.org/10.52386/neurona.v41i5.871Abstrak
Neurosifilis merupakan manifestasi infeksi Treponema pallidum pada sistem saraf pusat yang dapat terjadi pada setiap tahap sifilis. Penyakit ini tetap menjadi perhatian global seiring meningkatnya insidensi sifilis, terutama pada individu dengan koinfeksi human immunodeficiency virus (HIV). Spektrum manifestasi klinisnya yang luas dan sering tidak spesifik menjadikan diagnosis serta tatalaksananya sebagai tantangan klinis yang signifikan. Artikel ini meninjau pendekatan terkini dalam diagnosis dan tata laksana neurosifilis berdasarkan pedoman terbaru dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), British Association of Sexual Health and HIV (BASHH), dan European Guidelines. Diagnosis neurosifilis ditegakkan melalui integrasi antara gejala klinis, pemeriksaan serologis treponemal dan nontreponemal, serta analisis cairan serebrospinal (CSS). Penisilin G parenteral selama 10-14 hari tetap menjadi terapi lini pertama di seluruh pedoman internasional. Seftriakson, doksisiklin, atau kombinasi amoksisilin dan probenecid dapat digunakan sebagai regimen alternatif pada pasien dengan alergi penisilin, meskipun desensitisasi penisilin tetap direkomendasikan bila memungkinkan. Kortikosteroid, seperti prednisolon, dapat diberikan sebagai profilaksis untuk mencegah reaksi Jarisch–Herxheimer. Pemantauan pascaterapi melalui evaluasi klinis, serologis, dan CSS secara berkala diperlukan untuk memastikan eradikasi infeksi serta mencegah reinfeksi. Pendekatan diagnostik yang komprehensif, deteksi dini, terapi yang adekuat, serta pemantauan jangka panjang merupakan kunci keberhasilan dalam meningkatkan luaran klinis pasien dengan neurosifilis.
Kata kunci: neurosifilis, Treponema pallidum, diagnosis neurosifilis, penisilin G, seftriakson








