ATTRv MIMICKING CIDP: INSIGHTS FROM TWO GENETICALLY CONFIRMED PATIENTS IN A NATIONAL TOP REFERRAL HOSPITAL

Penulis

  • Luh Ari Indrawati RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
  • Antonia Hadiweijaya Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta
  • Fikry Ichsan Wiguna Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta
  • Cakra Parindra Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta
  • Ahmad Yanuar Safri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta/Departemen Neurologi, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
  • Winnugroho Wiratman Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta/Departemen Neurologi, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta/Rumah Sakit Universitas Indonesia, Jawa Barat, Indonesa
  • Nurul Fadli Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta/Rumah Sakit Universitas Indonesia, Jawa Barat, Indonesa
  • Adrian Ridski Harsono Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta/Rumah Sakit Universitas Indonesia, Jawa Barat, Indonesa
  • Manfaluthy Hakim Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta/Departemen Neurologi, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
  • Fitri Octaviana Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta/Departemen Neurologi, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

DOI:

https://doi.org/10.52386/neurona.v42i1.803

Abstrak

ATTRv adalah penyakit keturunan autosomal dominan yang dapat diobati dan bersifat progresif berat, disebabkan oleh varian patogen pada gen TTR yang menyebabkan deposisi amiloid pada saraf perifer. Terapi TTR stabilizer atau penghambatan ekspresi gen dapat mengurangi pembentukan amiloid. Penyakit ini dapat meniru gambaran chronic inflammatory demyelinating polyneuropathy (CIDP), namun tidak responsif terhadap imunoterapi sehingga diagnosis akurat sangat penting.

Kami melaporkan dua pasien laki-laki asal Indonesia yang awalnya didiagnosis CIDP. Kasus pertama mengalami kelemahan distal progresif, kehilangan sensasi, dan disfungsi otonom berat seperti hipotensi ortostatik, disfungsi ereksi, dan penurunan berat badan signifikan. Studi konduksi saraf menunjukkan neuropati sensorik tipe demielinasi dengan keterlibatan motorik, dan pemeriksaan otonom menunjukkan sympathetic skin response (SSR) tidak terdeteksi serta variabilitas denyut jantung (HRV) abnormal. Pasien mendapat tatalaksana suportif, termasuk fludrokortison untuk hipotensi.

Kasus kedua mengalami neuropati sensorimotor distal dengan disfungsi ereksi, inkontinensia urin dan feses, serta luka melepuh tumit berulang tanpa nyeri. Studi konduksi saraf menunjukkan polineuropati sensorimotor tipe aksonal, dan pemeriksaan otonom serta somatosensory evoked potential (SSEP) mengonfirmasi keterlibatan jalur otonom dan sensorik. Pemeriksaan protein serum menunjukkan peningkatan gamma globulin tanpa lonjakan monoklonal. Whole exome sequencing mengidentifikasi varian patogen yang sama pada gen TTR (c.148G>A, p.Val50Met), menegakkan diagnosis ATTRv.

CIDP tidak memiliki biomarker spesifik dan dapat meniru berbagai neuropati. Kelemahan distal dan disfungsi otonom berat harus meningkatkan kecurigaan terhadap ATTRv, terutama jika ada penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan. Diagnosis banding meliputi neuropati diabetik, nodopati autoimun, neuropati anti-MAG, dan neuropati terkait gamopati monoklonal.

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

##submission.downloads##

Diterbitkan

2025-12-30

Artikel paling banyak dibaca berdasarkan penulis yang sama

1 2 > >>