NYERI KEPALA PASCATRAUMA: TELAAH EPIDEMIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
DOI:
https://doi.org/10.52386/neurona.v41i5.867Abstrak
Nyeri kepala pascatrauma (post-traumatic headache, PTH) merupakan salah satu komplikasi tersering dari cedera otak traumatik (traumatic brain injury, TBI) ringan. Manifestasinya sering menyerupai nyeri kepala primer, seperti migrain atau tension-type headache, namun memiliki mekanisme patofisiologis yang lebih kompleks dan multifaktorial. Artikel ini bertujuan meninjau aspek epidemiologi dan mekanisme patofisiologis PTH berdasarkan temuan literatur terkini. Secara global, lebih dari 69 juta individu mengalami TBI setiap tahun, dan hingga dua pertiga pasien TBI ringan dilaporkan mengalami PTH. Sebagian besar kasus bersifat sementara, namun sekitar 15–25% berkembang menjadi PTH persisten. Patogenesis PTH melibatkan interaksi antara kerusakan struktural, disfungsi neurometabolik, dan proses neuroinflamasi yang memicu aktivasi sistem trigeminovaskular serta sensitisasi perifer dan sentral. Faktor servikal, mekanisme hiperadrenergik, serta gangguan sistem modulasi nyeri desenden turut memperburuk gejala. Studi pencitraan seperti diffusion tensor imaging (DTI), Voxel-based morphometry (VBM), dan magnetic resonance spectroscopy (MRS) memperkuat bukti adanya kerusakan aksonal, penipisan korteks, serta gangguan metabolisme neuronal yang berkorelasi dengan persistensi gejala. Pemahaman mendalam mengenai interaksi antara disfungsi struktural, metabolik, dan inflamasi diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan strategi diagnostik dan terapeutik yang lebih efektif untuk meningkatkan luaran klinis pasien.
Kata kunci: nyeri kepala pascatrauma, cedera otak traumatik, neuroinflamasi, sensitisasi sentral, sensisitasi perifer








