Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia (Lansia)
DOI:
https://doi.org/10.52386/neurona.v41i1.795Abstrak
Gangguan tidur pada umumnya sering kita temukan pada masyarakat awam, terutama pada orang dengan lanjut usia (lansia). Prevalensinya sekitar 76%. Kelompok lansia lebih sering mengalami sulit tidur (40%), sering terbangun malam hari (30%) dan sisanya gangguan pemenuhan kebutuhan tidur lain. Waktu tidur total harian relatif tetap stabil pada lanjut usia yang sehat, pada mereka dengan usia 60 tahun keatas yang memiliki waktu tidur rata-rata 6,5 – 7 jam per hari Siklus tidur dan bangun (irama sirkadian) berfungsi mempertahankan untuk tetap terbangun saat siang hari saat cahaya terang dan tidur sepanjang malam hari saat gelap. Jadi faktor kuncinya adalah adanya perubahan gelap dan terang. Stimulasi cahaya terang akan masuk melalui mata dan mempengaruhi suatu bagian di hipotalamus yang disebut nukleus suprakiasmatikus (NSC). NSC akan mengeluarkan neurotransmiter yang mempengaruhi sekresi berbagai hormon pengatur temperatur badan, kortisol, GH (growth hormone) dan lain-lain yang memegang peran untuk bangun dan tidur. NSC bekerja seperti jam, meregulasi segala kegiatan bangun dan tidur. Gangguan tidur pada populasi lanjut usia dihubungkan dengan beberapa faktor, termasuk gangguan tidur spesifik, perubahan dari irama sirkadian endogen, kelainan medis dan psikiatri, serta pengaruh obat-obatan Proses penuaan mempengaruhi berbagai irama fisiologis yang mempengaruhi tidur, seperti suhu tubuh, sekresi melatonin, dan fluktuasi sistem neuroendokrin (penurunan sekresi luteinizing hormone, growth hormone, dan thyroid-stimulating hormone, rendahnya kadar serotonin) Namun banyak kondisi medis yang dialami lansia yang dapat mengganggu tidur seperti diabetes, hipertensi, dan radang sendi. Hal ini meningkat seiring dengan pertambahan usia. Gangguan tidur dapat mempengaruhi kualitas hidup pada orangtua, menurunkan status imunologi, gangguan hormonal dan endokrinologi, serta penurunanfungsi kognitif. Gangguan tidur tersering pada lansia adalah kesulitan untuk mulai tidur (sleep onset problems),kesulitan mempertahankan tidur nyenyak (deep maintenance problem), bangun terlalu pagi (earlymorning awakening/EMA). Adapun penyakit gangguan tidurnya antara lain insomnia, gangguan tidur karena gangguan pernapasan (sleep-disordered breathing), gangguan gerakan tungkai yang periodik (periodic Llimb movements in sleep) atau sindrom kaki kurang tenang (restless legs syndrome), circadian rhythms sleep disorders, rapid eye movement sleep behavior disorder. Manajemen untuk gangguan tidur ini meliputi terapi non-farmakologis danfarmakologis. Perubahan perilaku dan modifikasi diet pada beberapa penyebab gangguan tidurterbukti efektif. Intervensi non-farmakologis seperti sleep hygiene dan terapi perilaku kognitif (Cognitive-Behavioral Therapy) merupakan terapi lini pertama pada berbagai gangguan. Selain itu dapat juga dengan Stimulus-Control Therapy dan Sleep-Restriction Therapy. Bila pengobatan hipnotik dibutuhkan tidur untuk pasien lanjut usia, harus mempertimbangkan beberapa hal berikut: (1) meresepkan dimulai dengan dosis terendah yang efektif, (2) mengunakan hipnotik dengan waktu paruh singkat, dan (3) evaluasi kemungkinan efek samping yang munculUnduhan
Data unduhan belum tersedia.
Diterbitkan
2025-06-03
Terbitan
Bagian
Editorial