Kadar Homosistein Plasma Berhubungan dengan Derajat Keparahan Stroke Iskemik Akut

Abstrak

Pendahuluan: Stroke merupakan masalah kesehatan utama di dunia, termasuk di Indonesia. Stroke memiliki tingkat mortalitas dan morbiditas yang tinggi, dan sebagian besar penderita stroke akan mengalami disabilitas yang mempengaruhi kualitas hidup. Homosistein terbukti meningkatkan risiko terjadinya stroke. Studi terbaru melaporkan peran homosistein terhadap neurotoksisitas, disrupsi sawar darah-otak, dan stres oksidatif. Namun, bukti terkait derajat keparahan dan luaran klinis stroke masih belum konsisten. Tujuan: Mengetahui hubungan kadar homosistein plasma dengan derajat keparahan dan luaran klinis stroke iskemik akut. Metode: Subjek pada studi potong-lintang ini adalah pasien stroke iskemik akut serangan pertama dengan onset <96 jam. Dalam 24 jam setelah admisi, darah vena diambil untuk pengukuran kadar homosistein plasma. Derajat keparahan dinilai dengan skor National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS). Luaran klinis dini dinilai dengan skor modified Rankin scale (mRS) pada hari ke-14 setelah onset. Koefisien Spearman digunakan untuk menilai korelasi. Hasil: Sebanyak 52 subjek diikutkan dalam studi dengan mayoritas perempuan (n=28, 53,8%). Kadar homosistein plasma lebih tinggi pada laki-laki (p=0,006) dan memiliki korelasi positif dengan skor NIHSS (r=0,029, p=0,036). Tidak ditemukan adanya korelasi dengan skor mRS (r=0,17, p=0,24). Analisis subgrup pada kadar <15 µmol/L menunjukkan korelasi dengan derajat keparahan stroke (r=0,35, p=0,01). Diskusi: Studi ini mendukung studi sebelumnya tentang korelasi antara kadar homosistein plasma dan derajat keparahan pada fase akut stroke iskemik. Tidak didapatkan adanya korelasi antara kadar homosistein plasma dan luaran klinis dini. Korelasi ditemukan pada kadar homosistein plasma <15µmol/L. Kata Kunci: homosistein, NIHSS, stroke iskemik akut